Rabu, Desember 02, 2009

parasitsayuran

PEMERIKSAAN PARASIT PADA SAYURAN
Bab I
A.Prinsip Kerja
Apabila telur parasit berada dalam larutan basa (NaOH) maka telur parasit tersebut berada didasar, karena telur parasit mempunyai berat jenis yang lebih besar sehingga akan mengendap.

B.Tujuan
Praktikum pemeriksaan parasit pada sayuran bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya telur parasit yang menempel pada sayuran khususnya telur cacing Nematoda usus.

C. Tinjauan Pustaka
Makanan adalah sumber energi satu–satunya bagi kebutuhan tubuh manusia. Makanan selain banyak mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk dapat berkembang-biaknya mikroba ataupun kuman-kuman terutama makanan yang sudah membusuk yaitu makanan yang mengandung kadar air serta nilai protein yang tinggi. Kemungkinan untuk jalan masuknya faktor pencemar lainnya seperti bahan kimia antara lain: debu, tanah, rambut manusia yang dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan manusia. Hal ini tidak mungkin dikehendaki karena orang yang mengkonsumsi makanan bermaksud untuk mendapatkan sumber energi agar tetap bertahan hidup agar tidak menjadi sakit karenanya. Sanitasi makanan menjadi sangat penting. (Slamet,2002)
Parasit adalah suatu organisme yang hidupnya tergantung pada beberapa faktor metabolik esensial dari organisme lain yang biasanya lebih besar ukuran tubuhnya. Jadi jelas ciri utama dari organisme parasit adalah organisme yang hidupnya selalu tergantung pada organisme lain, merugikan dan lebih kecil bentuknya dibandingkan hospes atau inangnya. (Widyastuti, 2002)
Menurut (Widyastuti, 2002) Siklus hidup parasit pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 tipe: Yaitu tipe langsung dan tipe tidak langsung. Pada siklus hidup tipe langsung, parasit hanya membutuhkan satu inang (Hospes) yaitu hospes definitif dan tidak memerlukan hospes perantara, sedangkan parasit yang bersiklus langsung mempunyai bentuk yang mandiri. Didalam fase bentuk mandiri tersebut parasit menyiapkan diri untuk menghasilkan stadium infektifnya. Pada siklus hidup tidak langsung parasit membutuhkan satu hospes definitif sebagai hospes akhir dan disamping itu diperlukan pula satu atau lebih hospes perantara. Didalam tubuh hospes perantara tersebut parasit tumbuh dan berkembangbiak secara aseksual menjadi bentuk infektifnya, sedangkan didalam tubuh hospes definitif parasit tumbuh menjadi bentuk dewasa dan berkembangbiak secara aseksual. Cara infeksi dibedakan menjadi dua yaitu per-Os ataupun melalui mulut yang tertelan bersama makanan dan minuman yang dikonsumsinya dan per-Cutan atau melalui kulit.
Cacing dari golongan STH (Soil Transmitted Helminthes) memiliki bentuk tubuh silindrik (gilik), memanjang bilateral simetris. Cacing ini bersifat uniseksual sehingga ada jenis jantan dan betina. STH meliputi Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang. (Onggowaluyo, 2002)
STH terdapat diseluruh dunia, maka bersifat kosmopolitan. Penyebaran parasit ini terutama berada di daerah tropis yang tingkat kelembabannya cukup tinggi. Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura memerlukan tanah liat untuk berkembang dengan suhu pertumbuhan optimum 25 0C – 30 0C. habitat utama STH adalah tanah yang terlindung dari sinar matahari sehingga hangat dan kelembaban udara tinggi. (Gandahusada, et. Al, 1998)







BAB II
A. Alat
Alat yang digunakan didalam praktikum ini adalah :
1. Kerucut imhof volume 1 liter
2. Pipet tetes
3. Centrifuge dan tabung
4. Rak tabung
5. Mikroskop
6. Obyek glass
7. Cover glass
8. Ember
9. Pinset

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan NaOH 0,2 %, larutan Lugol 1% atau eosin dan Aquades.

C. Prosedur kerja
1. Sayuran dalam ember direndam dengan 1 liter larutan NaOH 0,2 %.
2. Ditunggu selama 30 menit, setelah 30 menit digoyang-goyangkan setelah itu sayuran diangkat dan dikeluarkan dengan menggunakan pinset.
3. NaOH rendaman dituang kedalam kerucut imhoff, kemudian diamkan selama 60 menit.
4. Setelah 60 menit NaOH rendaman bagian atas dibuang, kemudian dengan pipet ukur diambil endapan rendaman sebanyak 10-15 ml.
5. Dimasukan kedalam tabung centrifuge lalu dipusingkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit.
6. Endapan yang paling bawah diambil untuk diamati secara mikroskopis.
7. Diambil obyek glass kemudian ditetesi dengan satu tetes larutan Lugol 1 % ataupun dengan Eosin kemudian diambil endapan dari tabung centrifuges satu tetes kemudian dicampur hingga rata setelah itu ditutup mengunakan cover glass.
8. Diamati dibawah mikroskop.


BAB III
A. Hasil
Dari hasil praktikum pemeriksaan parasit pada sayuran kelompok kami melakukan pemeriksan parasit pada sayuran kemangi dan hasil yang kami peroleh yaitu tidak adanya telur parasit pada rendaman air (negatif).

B.Pembahasan
Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia karena makanan merupakan sumber energi satu-satunya bagi manusia, tetapi juga sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yang patogen. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum dari makanan, perlu dijaga juga sanitasi makanan.
Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai macam jenis racun yang berasal dari tanah, air, udara, manusia dan vektor. Racun dari lingkungan udara, air, tanah dan lainnya dapat masuk kedalam suatu biota. Racun yang dapat memasuki makanan saat ini juga semakin banyak, sebagai akibat sampingan penerapan tekhnologi pertanian, peternakan, pengawetan makanan dan kesehatan. Kontaminasi makanan dapat disebabkan karena kontaminasi pestisida, kontaminasi logam, kontaminasi mikroba yang dapat menyebabkan penyakit. Parasit juga termasuk kedalam penyebab penyakit dalam makanan terutama pada tanaman dan sayuran yang kontak langsung dengan tanah. Tanah merupakan sumber penularan yang paling utama dan terpenting untuk berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit parasit yang menular dari tanah disebut soil-borne parasitoses. Sebagian besar stadium infektif parasit terdapat dalam tanah.
Manusia yang terinfeksi Ascaris lumbricoides apabila menelan larva ataupun telur yang masih infektif yang kemudian menetas didalam usus halus manusia. Larva yang menembus dinding usus halus akan menuju ke pembuluh darah limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru-paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronkiolus dan bronkus. Larva dari trachea menuju ke faring. sehingga menimbulkan berbagai rangsangan pada faring yang akan menuju ke esofagus lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai menjadi cacing dewasa yang bertelur diperlukan waktu kurang lebih dua bulan.
Pencegahan penyakit parasit tergantung pada didirikannya pertahanan terhadap penyebaran parasit dengan menerapkan secara praktis pengetahuan biologi dan epidemiologi parasit. Hampir semua parasit pada suatu saat dalam lingkaran hidupnya rentan terhadap tindakan pemusnahan yang khusus. Tindakan-tindakan dalam pemberantasan penyakit parasit :
1. Mengurangi sumber infeksi pada manusia dengan tindakan terapi.
2. Pendidikan menjaga diri untuk mencegah penyebaran infeksi dan untuk mengurangi kesempatan mendapat infeksi.
3. Pengawasan terhadap sumber air, makanan, keadaan tempat hidup dan tempat bekerja serta pembuangan sampah.
4. Pemusnahan atau pemberantasan hospes reservoir dan vektor.
5. Mendirikan pertahanan biologi terhadap penularan parasit.
Dari hasil praktikum didapatkan hasil yang negatif, sehingga sayuran kemangi aman untuk dikonsumsi, namun walaupun aman untuk dikonsumsi, sayuran harus tetap di cuci terlebih dahulu. Dalam praktikum ini sayuran kemangi di rendam dengan larutan NaOH 0,2 %, karena larutan NaOH mempunyai berat jenis yang lebih ringan dibandingkan dengan telur parasit sehingga telur parasit akan mengendap. Dalam pemeriksaan parasit ini juga digunakan larutan eosin untuk malatarbelakangi parasit yang ada sehingga parasit akan mudah terlihat oleh kita apabila kita periksa dengan menggunakan mikroskop. Namun setelah diperiksa berulang-ulang hasilnya tetap negatif, hal ini disebabkan karena sayuran bebas dari parasit atau karena ketidaktelitian praktikan dalam melakukan praktikum parasit pada sayuran.


























DAFTAR PUSTAKA
Gandahusada, S.H. Ilahude, W. Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
Onggowaluyo, Jangkung Sumidjo. 2001. Parasitologi Medik I (Helmintologi). EGC, Jakarta.
Slamet, S.J. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Widyastuti, Retno dkk. 2002. Parasitologi. Universitas Terbuka, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar