Jumat, Juni 19, 2009

LABK3

TUGAS TERSTRUKTUR
LABORATORIUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


KELELAHAN KERJA DAN PENGUKURANNYA












Oleh

abdul wakhid L1A005039








DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO

2008

KELELAHAN KERJA DAN PENGUKURANNYA

Produktivitas kerja merupakan suatu bagian penting dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan semakin meningkatnya produktivitas kerja diharapkan berbagai proses yang terjadi dalam suatu pekerjaan akan berjalan sesuai yang diharapkan. Namun sebaliknya berbagai hal yang dapat terjadi apabila pekerja sebagai sumber daya yang memegang peranan penting dalam suatu pekerjaan harus mengalami penurunan produktivitas kerja karena satu atau lain hal seperti kelelahan kerja. Terdapat beberapa jenis kelelahan umun yaitu:
a.Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.
b.Kelelahan seluruh tubuh, terlalu besarnya beban fisik bagi seluruh organ.
c.Kelelahan mental, dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual.
d.Kelelahan syaraf, terlalu tertekannya salah satu bagian dari sistem psikomotorik.
e.Terlalu monotonnya kerja dan suasana sekitarnya.
f.Kelelahan kronis, akumulasi efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang.
g.Kelelahan siklus hidup, bagian dari irama hidup siang dan malam seta pertukaran periode tidur.

A.BATASAN KELELAHAN KERJA
Kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitas.
Kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1.Kelelahan otot/fisik (Muscular Fatigue)
Merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Berkurangnya kinerja otot dapat terjadi secara fisiologis berupa berkurangnya tekanan fisik dan makin rendahnya gerakan yang mengakibatkan tenaga kerja kemampuan berkerja menjadi lemah dan meningkatnya kesalahan dalam bekerja sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja (Budiono, 2003).
2.Kelelahan umum (General Fatigue)
Merupakan kelelahan yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan untuk bekerja yang disebabkan oleh aktivitas fisik atau psikis.
3.Kelelahan kronis atau klinis
Kelelahan yang terus menerus setiap hari berakibat keadaan kelelahan yang kronis. Perasaan lelah dapat terjadi bukan saja setelah melakukan pekerjaan, tetapi juga pada saat melakukan pekerjaan dan bahkan sebelum bekerja. Gejala-gejaala psikis kelelahan kerja yaitu:
a.perasaan lesu
b.perbuatan antisosial dan tidak cocok dengan sekitarnya
c.depresi
d.kurang tenaga
e.kehilangan inisiatif
Tanda-tanda psikis tersebut sering disertai kelainan-kelainan psikomatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur. Kelelahan klinis atau kronis dapat disebabkan oleh berbagai tekanan-tekanan yang terakumulasi dalam jiwa dalam waktu yang panjang yang akan mempengaruhi psikologis pekerja tau konflik mental seperti:
a.Sakit kepala
b.Perasaan pusing
c.Sulit tidur
d.Setak jantung yang tidak normal
e.Keluar keringat berlebihan (keringan dingin).
f.Kehilangan nafsu makan
g.Masalah pencernaan (nyeri lambung, diare, sembelit dan sebagainya)
4.Kelelahan Psikologis
Kelelahan kerja dapat terjadi mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan psikologis, sikap negatif terhadap pekerjaan, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja.
5.Kelelahan Akut
Merupakan kelelahan yang terjadi akibat pekerjaan yang dilakukan terlalu berat atau pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai porsinya. Biasanya pekerja melakukan pekerjaan kurang istirahat atau juga bekerja tambahan/ lembur.

B.PENYEBAB DAN TANDA-TANDA KELELAHAN KERJA
Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang tidak menggairahkan.
Secara umum, gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif bisa terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% tenaga aerobik malis. Tanda-tanda utama terjadinya kelelahan adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak di luar kesadaran serta proses pemulihan. Orang yang mengalami kelelahan menunjukkan tanda-tanda :
1.penurunan perhatian
2.perlambatan dan hambatan persepsi
3.lambat dan sukar berpikir
4.kurangnya kemauan dan dorongan untuk bekerja
5.kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subjektif dan objektif antara lain :
1.perasaan lesu, ngantuk dan pusing
2.tidak atau kurang mampu berkonsentrasi
3.berkurangnya tingkat kewaspadaan
4.persepsi yang buruk dan lambat
5.tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja
6.menurunnya kinerja jasmani dan rohani
Kelelahan dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan aktivitas industri. Menurut Suma’mur (1987), sebab timbulnya kelelahan ada 5 kelompok, yaitu :
1.monotoni
2.beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
3.keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan
4.keadaan kejiawaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik
5.penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi
2.Berkurangnya minat/ semangat para pekerja.
3.Tidak suka bergaul.
4.Merasa tidak atau kurang berharga.
5.Extra systole.

C.AKIBAT KELELAHAN KERJA
Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statis pun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injures) yaitu nyeri otot tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).
Kelelahan kerja dapat menimbulkan peningkatan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar dari pekerjaan, kecelakaan kerja, dan perubahan perilaku. Apabila perusahaan tidak dapat mengatasi rasa kelelahan dan kebosanan, maka produktivitas turun dan kerusakan akan meningkat, karena kelelahan yang mempunyai hubungan erat dengan banyaknya kecelakaan dalam melaksanakan tugas. Orang yang lelah menyebabkan konsentrasi berkurang sehingga akan menimbulkan kecelakaan. Dengan adanya kecelakaan akan memperbesar pengeluaran biaya.
D.PENGUKURAN KELELAHAN KERJA
Pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik. Aneka regam gerakan tubuh dan efisiennya dapat dinilai, seperti :
1.Keseimbangan badan ketika berdiri
2.Koordinasi mata dan tangan
3.Uji akomodasi mata untuk efisiensi visual
4.Kemampuan tangan dan jari
Selain itu untuk mengetahui kelelahan dapat diukur dengan:
1.Waktu reaksi (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi)
2.Konsentrasi (pemeriksaan Bourdon Wiersma, Uji KLT)
3.Uji “flicker fusion”
Evaluasi pada frekwensi flicker fusion adalah suatu teknik untuk menggambarkan hasil yang yang realistis dan dapat diulang. Subjek (orang) yang diteliti melihat pada sumber cahaya yang dinyalakan dengan energi yang frekwensi rendah dan berkedip-kedip (flickering). Kemudian frekwensi berkedipnya meningkat sampai subyek merasakan bahwa cahaya yang berkedip laksana garis lurus memberikan subyek yang diteliti pada kondisi lelah. Sedangkan subyek yang lelah tidak mampu mendeteksi cahaya berkedip. Adapun frekwensi cahaya berkedip dari 0,5-6 Hz.
4.EEG (Electroenchepalography) yaitu suatu alat dengan merekam gelombang otak dengan sinar α, sinar β dan sinar γ.
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kelelahan kerja adalah dengan menggunakan Reaction Timer L77 yang terdiri atas rangkaian alat pengukur yang ditujukan kepada pekerja agar dapat dideteksi kelahan yang sedang dirasakan. Cara kerja dari Reaction Timer L77 ini adalah sebagai berikut:
1.Rangkai alat yang terdiri atas dua bagian yaitu monitor/lampu untuk melihat hasil beserta tombol pemberi rangsang yang dipakai oleh pemeriksa dan yang lainnya ditujukan kepada responden atau pekerja yaitu penerima rangsang dan tombolnya.
2.Pilih sinyal yang akan diberikan kepada responden berupa cahaya atau suara.
3.Beri penjelasan kepada orang yang akan diperiksa:
a.Pandang ke lampu jika memakai sinyal cahaya. Atau simak jika memakai sinyal suara.
b.Jari tangan siap di atas saklar (tombol) respon
c.Tekan tombol respon secepatnya setelah lampu menyala atau mendengarkan bunyi sinyal.
4.Tekal sinyal (responden menekan tombol respon)
5.Catat waktu reaksi
6.Tekan tombol reset untuk kembali ke nol.
7.Ulangi pemeriksaan sampai dengan 20 kali.

Jika telah dilakukan pemberian sinyal baik berupa cahaya atau suara, hasil yang diperoleh pengukuran keenam sampai ke 15 dijumlahkan lalu dirata-rata. Lima perhitungan pertama dan terkhir tidak dimasukkan dalam rata-rata karena pada tahap awal responden dilakukan pengukuran belum mengalami konsentrasi penuh karena masih perlu adaptasi degnan pengguanaan alat tersebut. Dan akhir pengukuran juga tidak dimasukkan dalam perhitungan karena responden sudah jenuh dengan pengukuran tersebut dan tidak konsentrasi lagi. Setelah diketahui rata-rata dari pengukuran yang sudah dilakukan lalu diinterpretasi hasil:
Normal (belum lelah) : 150 - 240
Lelah ringan : > 240 - < 410
Lelah sedang : > 410 - 580
Lelah berat : > 580
Pada tenaga kerja dengan kelelahan yang berarti, koordinasi dan efisiensi kegiatan-kegiatan fisik ini akan menurun. Pengukuran kerja juga bisa dilakukan dengan mengukur indikator kelelahan kerja, seperti waktu reaksi dan perasaan lelah, yaitu :
1.Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu. Waktu reaksi, yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsang atau reaksi-reaksi yang memerlukan koodinasi.
Tabel 1. Kategori tingkat kelelahan kerja berdasarkan waktu reaksi
No
Kategori tingkat kelelahan kerja
Waktu reaksi (milidetik)
1
Normal (N)
150-240
2
Kelelahan kerja ringan
>240-<410
3
Kelelahan kerja sedang
410-580
4
Kelelahan kerja berat
> 580
Sumber : Kurniawan, Pegangan Praktikum Laboratorium K3 (2001).
2.Perasaan lelah, lelah diukur dengan menggunakan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja, yang terdiri dari pertanyaan tentang kelelahan kerja subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja yang mengalami kelelahan kerja. Suatu daftar gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan adalah:
a.Perasaan berat di kepala
b.Lelah di seluruh badan
c.Kaki merasa berat
d.Menguap
e.Merasa kacau pikiran
f.Mengantuk
g.Merasakan beban pada mata
h.Kaku dan canggung dalam gerakan
i.Tidak seimbang dalam berdiri
j.Ingin berbaring
k.Merasa susah berpikir
l.Lelah berbicara
m.Merasa gugup
n.Tidak dapat berkonsentrasi
o.Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu
p.Cenderung untuk lupa
q.Kurang kepercayaan
r.Cemas terhadap sesuatu
s.Tidak dapat mengontrol sikap
t.Tidak tekun dalam pekerjaan
u.Sakit kepala
v.Kekakuan di bahu
w.Merasa nyeri di pinggang
x.Merasa perasaan tertekan
y.Merasa haus
z.Suara serak
aa.Merasa pening
bb.Merasa kurang sehat
Pertanyaan 1-10 menunjukkan pelemahan kegiatan, 11-20 menunjukkan pelemahan motivasi dan 20-28 gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum.
Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasi secara jelas. Mengukur tingkat kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan beberapa kombinasi indikator akan menghasilkan yang lebih akurat. Dengan demikian suatu pengukuran terhadap faktor fisik perlu didukung oleh pengukuran faktor subjektif sebelum pengujian kelelahan dilakukan, untuk menunjukkan suatu bentuk kelelahan tertentu (Ramadhani, 2003).
Kelelahan kerja akan berpengaruh pada penurunan waktu reaksi, hasil penelitian. Setyawati (1994) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara perasaan lelah dan waktu reaksi dengan produktivitas kerja, dengan kata lain makin lelah dan makin rendah kecepatan reaksi seseorang makin rendah produktivitasnya.
E.Pengaruh Kelelahan pada Produktivitas Kerja
Terdapat keterkaitan yang erat antara kelelahan yang dialami tenaga kerja dengan kinerja perusahaan. Lebih jelasnya, apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas perusahaan. Dengan peningkatan kinerja organisasi melalui penanganan tata cara yang ergonomis adalah suatu cara untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu perbaikan terhadap sistem kerja, ranvangan piranti kerja dan faktor-faktor fisik dan lingkungan kerja agar segera dilakukan, sehingga tercipta suasana lingkungan kerja yang nyaman, aman, sehat dan kondusif.

F.PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA
Penyebab kelelahan kerja harus diimbangi dengan :
1.Kepemimpinan, yang menimbulkan motivasi dan semangat kelompok serta efisiensi yang tinggi atas dasar kemampuan, keahlian dan keterampilan.
2.Manajemen yang meningkatkan keserasian individu dan seluruh masyarakat tenaga kerja.
3.Perhatian terhadap keluarga tenaga kerja untuk mengurangi permasalahan yang mungkin timbul.
4.Pengorganisasian kerja yang menjamin istirahat, rekreasi, variasi kerja, dan volume kerja yang serasi dengan keperluan kerja.
5.Peningkatan kesejahteraan dan kesehatan tenaga kerja termasuk upah dan gizi kerja.
Problematika kelelahan akhirnya membawa kepempimpinan manajemen untuk selalu berupaya mencari jalan keluarnya. Pemberian istirahat pada dasarnya diperlukan mencari jalan keluarnya. Pemberian istirahat pada dasarnya diperlukan untuk memulihkan kesegaran fisik ataupun mental bagi diri manusia pekerja. Jumlah total waktu yang dibutuhkan untuk istirahat berkisar rata-rata 15% dari total waktu kerja. Tetapi besar kecilnya persentase tersebut juga dapat tergantung pada tipe pekerjaanya. Untuk pekerjaan normal fisik berat (kerja berat atau kasar), persentase waktu istirahat yang diperlukan bisa mencapai 30%. Bekerja dengan frekuensi istirahat yang sering akan lebih baik dibandingkan yang jarang. Beberapa kali melakukan istirahat pendek (3-5 menit) akan memberikan hasil yang lebih baik ditinjau dari output yang dihasilkan maupun efek terhadap fisik tubuh, daripada diberikan sekaligus istirahat dalam jangka waktu panjang.
Menurut Suma’mur (1994) kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana tempat istirahat, memberi waktu libur dan reaksi, pengetrapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman, penggunaan warna dan dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja. Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja dengan sistem bergilir sebaiknya dilakukan tiap enam bulan sekali.
Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan berbagai cara tergantung dari lingkungan fisik tempat kerja. Misalnya pengaturan jam kerja, pemberian, kesempatan istirahat yang cukup, memberi masa libur atau cuti. Selain itu kondisi fisik tempat kerja yang ergonomis seperti tempat duduk, meja, tinggi peralatan kerja disesuaikan dengan bentuk fisik dan posisi kerja para pekerja (Suma’mur, 1995). Selain itu diperlukan penyediaan waktu khusus untuk beristirahan dan bersikap lebih santai (Budiono, 2003).
Untuk pencegahan dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar:
1.Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk (bila perusahaan menghasilkan produk barang)
2.Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif.
3.Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar ergonomi. Menjadwalkan waktu istirahat yang cukkup bagi seorang tenaga kerja.
4.Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik untuk mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini dan menemukan solusi yang tepat.
5.Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan menurunkan kelelahan kerja:
1.Lingkungan sebaiknya bersih dari zat-zat kimia.
2.Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
3.Jam kerja sehari siberi waktu istirahat sejenak dan istirahan saat makan siang.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Sugeng dkk. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Kurniawan. 2001. Pegangan Praktikum Laboratorium K3. Purwokerto

Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya.
Surabaya.

Ramandhani, A.S. 2003. Kelelahan (Fatigue) Pada Tenaga Kerja. Hal 86-91. Dalam A.M. Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, dan Adrian Pusparini (Eds), Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang.

Suma’mur. 1987. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Dharma Bhakti Muara Agung, Jakarta.

Suma’mur. 1995. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT Toko Gunung
Agung. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar